Review Cara Mengatasi Limbah Nitrogen dalam Akuakultur : Teknologi Biofilter, Teknologi Perifiton, Teknologi Biofloc
Latar Belakang
Latar Belakang
• Perkembangan pesat Aquaculture menyebabkan pengaruh terhadap lingkungan, terutama polutan dari sisa pakan, sisa metaolisme dan faezes (Read and Fernandes, 2003)
• Polutan mengandung nutrien organik dan anorganik seperti ammonium, phosphorus, bahan organik (Piedrahita, 2003; Sugiura et al., 2006).
• Pada level lebih tinggi dapat menyebabkan bloomingnya mikroorganisme pathogen yang semakin bervariasi spesiesnya (Thompson et al., 2002).
• Untuk memproduksi 1 kg ikan butuh 1-3 kg pakan (dari hasil ekskresi, 35% menjadi bahan organik), sisanya (65%) dlm bentuk N dan P yang tak digunakan dan mencemari lingkungan.
• Dalam Lingkungan akuakultur salah satu produk akhir metabolisme adalah Amonium, dimana antara NH3 dan NH4 berfluktuasi tergantung dari suhu dan pH (Timmons et al., 2002). Jumlah dari keduanya disebut Total Amonium Nitrogen (TAN)
• Pada kebanyakan ikan kultur amonium-N bersifat toksik pada konsentrasi 1,5 mg N/l, dan rata-rata pada sistem budidaya yang wajar konsentrasinya 0,025 mg N/l. (Neori et al., 2004; Chen et al., 2006). Demikian toksisitas Nitrat pada beberapa spesies ikan
Cara pembuangan ada 2, yaitu :
1) 1. DI LUAR SISTEM BUDIDAYA
· Penggunaan Kolam Treatmen/Kolam Tandon
- Bisanya dilengkapi Aerasi
- Atau dibuang langsung ke lingkungan melalui outlet
Ada
3 Macam, yaitu FISIK (Biasanya dengan Saringan/Sistem pengendapan
berliku-liku, KIMIA (Ozon/UV) Untuk mengatasi N biasanya digunakan
Filter Biologi untuk membantu proses Nitrifikasi.Secara garis besar ada 2
type Biofiltrasi, yaitu :
- Merged (rotating biological contactors, trickling filters)
Teknologi Rotating Biological Contator (RBC) merupakan
sistem yang menggunakan beberapa substrat, yang terbuat dari :
high-density polystyrene atau polyvinyl chloride, (Tawfik et al., 2004;
Park et al., 2005; Brazil, 2006). Teknologi ini dapat membantu merubah
karbondioksida menggunakan oksigen dari udara dan dengan bantuan
bakteri. Teknologi ini ada 2 seri, yaitu seri independen dan seri
compartment (Lavens and Sorgeloos, 1984; Brazil, 2006).
Miller and Libey (1985) menyebutkan bahwa teknologi ini menghasilkan nilai TAN yang lebih baik (0.19–0.79 g TAN/m2 hari, jika dibandingkan packed tower atau fluidized bed reactor (0.24 g TAN/m2 hari).
Brazil 2006 menyebutkan
bahwa teknologi ini cukup efektif pada sistem Resirkulasi ikan nila,
menghasilkan hanya sebesar 0,42 g TAN/m2 day. Dideteksi juga adanya
Oksidasi amonia dipengaruhi oleh Kecepatan putaran, pengadukan bahan
organik, staging, perputaran masa dan hidroulik.
Trickling Filter merupakan
sistem yang menggunakan Trickling media dan Biofilm aerobic untuk
mengendapkan sisa buangan budidaya. Selama terjadi pengendapan,
oksigenasi terus berlangsung, dan pembuangan gas CO2 juga berlanjut.
Ada beberapa jenis trickling dengan berbagai luasan media seperti : Finturf
artificial grass (284 m2/m3), Kaldnes rings (500 m2/m3), Norton rings
(220 m2/m3) dan Leca atau light weight clay aggregate (500–1000 m2/m3)
(Greiner and Timmons, 1998; Lekang and Kleppe, 2000; Timmons et al.,
2006a).
Dalam sistem ini yang bekerja mengatasi sisa buangan adalah biological slim layer dan aerobik mikroorganisme.
Kamstra
et al. (1998) melaporkan TAN areal removal rates berkisar 0.24 s.d.
0.55 g TAN/m2 hari pada trickling filter sakla komersial. Hasil rekayasa
lain menghasilkan 1.1 g TAN/m2 day, (Schnel et al., 2002; Eding et al.,
2006). Sedangkan Lyssenko dan Wheaton (2006) melaporkan TAN areal
removal rates of 0.64 g TAN/m2 day.
- Submerged (e.g. fluidized sand biofilters, bead filters) fixed film filter
Bead Filter merupakan
sistem yang menggunakan kombinasi Trickling media dan Granular type
biological filter. Media yang biasa digunakan dalam sistem ini berisi
polystyrene beads dengan diameter 1–3 mm dengan porositas 36–40%
(Timmons et al., 2006a).
Tergantung dari featurnya area bead filter berkisar 1150 s.d. 3936 m2/m3 (Greiner and Timmons, 1998; Malone and Beecher, 2000; Timmons et al., 2006a).
Menurut
Greiner and Timmons (1998) Bead filter menghasilkan 0.45–0.60 g/m2 TAN
day, dan microbead 0.30 g/m2 day (Timmons et al., 2006a).
Fluidized sand biofilters merupakan
sistem yang menggunakan pasir dengan area permukaan berkisar antara
4000–20000 m2/m3 dengan biaya tidak terlalu mahal, namun mendapatkan
hasil yang baik pada sistem resirkulasi (Summerfelt, 2006)
Miller
& Libey (1985) dan Timmons Summerfelt (1998) menyatakan fluidized
sand reactor memiliki efisiensi berkisar 0.24 g N/m2 hari.
2) 2. DI DALAM SISTEM BUDIDAYA
- The periphyton treatment technique
Periphyton
merupakan biota perairan yang menempel pada substrat. Didalamnya
terdapat algae, bakteri, fungi, protozoa, dan invertebrata yang lainnya
(Azim et al., 2005).
Produktivitas
periphyton : 1-3 g C/m3 Substrat/hari atau 2 – 6 g dry matter/m3
per-hari (Azim et al., 2005). Periphyton membantu organic detritus
menguraikan nutrient dari kolom air dan membantu mengontrol O2 dan pH di
perairan.
Disamping membantu menguraikan an memanfaatkan amonia, periphyton juga menjadi penyedia makanan pada beberapa jenis ikan (Huchette et al., 2000; Azim et al., 2001, 2002, 2003a,b,c, 2004).
Selain
memerlukan lahan yang luas untuk pemanfaatan peryphyton sangat
tergantung sinar matahari, dan dalam skala laboratorium, sulit untuk
memanen peryphyton, sehingga belum diketahui secara detail penguraian
dan pemanfaatan N oleh peryphyton.
Untuk optimalisasi kerja peryphyton dalam kolam, biasanya digunakan static substrates (Azim et al., 2005), seperti tanaman air, bambu, hizol dan kanchi (Azim et al., 2002, 2003c).
Perifiton:
kompleks biota akuatik sesil (imobil) terasosiasi dengan detritus, yang
menempel pada substrat terendam; kompleks campuran mikroalga,
cyanobacteria, heterotrophic mikroba, protozoa, dan detritus ; organisme
bentik terkombinasi dengan mikroba biofilm (van Dam et al., 2002).
Seperti
fitoplankton, perifiton dapat ditemukan pada banyak tipe perairan,
mulai dari kolam kecil hingga laut luas; berbagai substrat dalam air
dengan keberadaan cahaya dapat mensupport pertumbuhan perifiton
Pertumbuhan
perifiton pada substrat dimulai dengan deposisi pelapisan substansi /
materi organik terlarut dimana bakteri akan menempel melalui reaksi
hidrofobik yang distimulasi oleh keberadaan mikropartikulat pada perairan eutrofik (kaya nutrisi) (Hoagland et al., 1982; Cowling et al., 2000).
Perifiton
memiliki kelebihan dibandingkan fitoplankton karenasifatnya yang bentik
sehingga lebih dekat dengan bagian air interstitial serta sedimen yang
kaya nutrisi.
PERAN PERIFITON
1. Bertindak
sebagai produsen primer; sumber makanan; bahan baku potensial untuk
energi alternatif, obat / kosmetika, pakan/ pangan alami, pupuk organik
2. Indikator mutu kualitas air (tingkat pencemaran dalam perairan) ‐‐‐ penilaian biomass ( Chlorophyl), jenis, kondisi biologi dan komposisi komunitas periphyton.
3. Menjaga kualitas air pada indicator mutu tertentu bagi perairan perikanan yang terkendali mencakup parameter fisika, kimia dan biologi.
4. Dapat digunakan sebagai agen filtrasi dalam produksi akuakultur.
Kelebihan sistem akuakultur berbasis perifiton:
1. Perifiton berperan sebagai sumber makanan / nutrisi,
2. Sebagai substrat dan shelter untuk meminimalisasi efek limitasi daerah teritorial hewan budidaya (udang)
3. Pengendalian kualitas air melalui pengurangan partikulat terlarut dan meningkatkan breakdown materi organik
4. Meningkatkan nitrifikasi
Bioflocs juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen (Defoirdt et al., 2007; Halet et al., 2007)...Quorum sensing system???.
Pada
air tawar, dengan memberikan karbohidrat kedalam air dalam sistem
budidaya untuk memperbaiki C/N ratio, akan meningkatkan pertumbuhan
bakteri heterotrof yang memanfaatkan nitrogen. Avnimelech et al. (1994)
Bahkan
pada budidaya ikan nila intensif, meningkatkan efektifitas penggunaan
protein hampir 2 kali lipat dibanding tanpa penumbuhan bakteri
heterotrof ini, yaitu dari 23 % sampai 40 % . Avnimelech et al. (1994).
Pemberian
kombinasi karbohidrat juga memberikan beberapa manfaat yang signifikan
pada budidaya udang, yaitu : 1) meningkatkan pemanfaatan protein pakan
yang berpengaruh pada biomassa udang 2) Menurunkan proporsi jumlah pakan
yang diberikan 3) Mereduksi zat beracun TAN and NO2–N dalam sistem, dan 4) Mereduksi konsentrasi nitrogen secara signifikan di kolam (Hari et al. (2006))
Bioflok yang baik berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan kesehatan ikan serta mutu air kolam.(Bagian 2 dari seri tulisan Teknologi Bioflok)
Biofloc (bioflok) berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan floc (flok) yang berarti gumpalan. Sebagaimana telah diuraikan pada artikel terdahulu, bioflok
tersusun atas berbagai mikroorganisme, yaitu bakteri, algae,
zooplankton, dan bahan organik. Karena itu, mutu bioflok berbedSaveda-beda tergantung komponen penyusunnya. Ada bioflok yang baik dan ada bioflok yang jelek. Menurut Suprapto (Tim Teknis Shrimp Indonesia) Komponen penyusun bioflok, yaitu :
Komponen 1: Bahan organik
Bahan organik dalam air tambak udang intensif berasal dari sisa pakan, kotoran ikan,
dan plankton atau jasad yang mati. Bahan organik yang terlarut dalam
air akan diurai oleh mikroba (bakteri) menjadi mineral yang bermanfaat
bagi fitoplankton. Dalam kolam yang menerapkan sedikit atau tanpa ganti air, bahan organik akan menumpuk dalam tambak dan akan diurai oleh mikroba. Bahan
organik ini harus selalu dalam keadaan teraduk (tersuspensi) dalam
kolom air serta harus dicegah agar tidak mengendap. Selain itu,
kandungan oksigen terlarut harus cukup tinggi dengan arus yang merata
agar oksigen tersebar di seluruh badan air sehingga bahan organik
terurai dalam kondisi aerob (cukup oksigen).
Komponen 2: Bakteri
Bakteri terdiri dari bakteri yang menguntungkan dan merugikan bagi usaha budidaya ikan.
Bakteri yang menguntungkan adalah bakteri yang tidak menimbulkan
penyakit serta tidak menghasilkan senyawa yang meracuni udang, dapat
mengurai bahan organik menjadi mineral yang bermanfaat bagi kestabilan
plankton, dapat mengurangi senyawa beracun, meningkatkan kesehatan udang
dan menekan perkembangan bakteri yang merugikan dalam media budidaya. Di antara bakteri yang menyusun flok ada yang menghasilkan biopolimer yang disebut poli hidroksi butirat (PHB). Pemantauan
terhadap total bakteri dan total vibrio (termasuk jenis vibrio
berdasarkan warna koloni) harus diperhatikan dengan baik. Flok yang baik
tersusun oleh banyak bakteri dengan total bakteri yang tinggi (107 – 109 cfu/ml) dan total vibrio kurang dari 103 - 104cfu/ml
(vibrio hijau lebih sedikit daripada vibrio kuning). Sedangkan flok
yang kurang baik tersusun oleh total bakteri yang rendah (104 – 105 cfu/ml) dan total vibrio lebih dari 103cfu/ml
(vibrio hijau lebih banyak daripada vibrio kuning). Kandungan bakteri
(yang menguntungkan) sebaiknya mendominasi hingga 70% dari komponen
bioflok yang terbentuk.
Komponen 3: Algae
Dalam
budidaya udang, jenis algae yang diharapkan tumbuh adalah dari kelompok
diatom dan algae hijau. Beberapa jenis diatom yang hidup sebagai
perifiton dapat turut menempel pada flok (Navicula, Amphora, Cymbella), yang berbentuk koloni (Skeletonema, Melosira, Chaetoceros) maupun yang uniseluler (Cyclotella, Coscinodiscus) turut membentuk flok yang baik untuk makanan udang. Sedangkan Nitzschia, Pseudonitzschia tidak diharapkan karena menghasilkan biotoksin. Diatom memberikan ciri flok yang berwarna kecokelatan. Sedangkan kelompok green algae memberikan ciri flok berwarna kehijauan. Meski green algae tidak
dimakan oleh udang, namun kelompok algae ini bersifat stabil atau
siklus hidup yang lebih lama. Di samping itu, beberapa jenis dari green algae seperti Chlorella, Nannochloropsis, Tetraselmis dan Dunaliella dapat menekan perkembangan vibrio. Bioflok
dianggap bermutu jelek bila terdapat dinoflagellata dalam jumlah yang
banyak (lebih dari 10% dari komunitas algae yang ada). Di samping itu,
bila algae yang menyusun didominasi oleh blue green algae (BGA)
maupun flagellata (Euglenophyta) maka flok yang dihasilkan kurang baik
bagi pertumbuhan udang. Populasi algae dalam flok sebaiknya sekitar
maksimal 30%.
Komponen 4: Zooplankton
Dalam
rantai makanan, zooplankton merupakan konsumer primer. Zooplankton
umumnya pemakan fitoplankton (algae) dan detritus atau sisa bahan
organik serta bakteri. Zooplankton yang sering ditemukan dalam bioflok
adalah dari kelompok protozoa (terutamaCiliata), Rotifera (Brachionus, Rotaria, Pavella), kopepoda,
dan cacing. Zooplankton terutama protozoa dan rotifera merupakan
pemangsa bakteri pembentuk flok sehingga keberadaan kelompok organisme
ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan flok terutama populasi
bakteri di dalam flok.
Berdasarkan pengamatan terhadap komponen pembentuk bioflok selain bakteri, algae jenis diatom yang ditemukan adalah Coscinodiscus, yang tumbuh dalam air yang mengandung bahan organik tinggi. Sedangkan zooplankton yang ditemukan adalah jenisBrachionus (rotifera).
Kolam yang diamati, semua berwarna kecokelatan dengan permukaan air
dipenuhi oleh busa. Sedangkan warna air yang kehijauan, jenis algae yang
tumbuh adalahOscillatoria dan Anabaena.
Pengaruh bioflok
Kondisi
kesehatan udang dan pertumbuhannya sangat tergantung pada kondisi
lingkungan. Bioflok memberi pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan
kesehatan. Bioflok yang baik akan memberikan pengaruh yang baik bagi
udang, baik dari segi pertumbuhan, kesehatannya maupun kestabilan mutu
airnya.
Kepekatan bioflok
Untuk
mengukur kepekatan bioflok dapat dilakukan dengan menggunakan Imhoff
con. Caranya, ambil air satu liter dari beberapa tempat dan endapkan
pada alat tersebut. Tunggu 15—30 menit sampai flok mengendap. Parameter
yang terukur dinyatakan sebagai Volume Suspended Solid (VSS) dengan
satuan ml VSS per liter. Volume bioflok harus dipertahankan <15 ml
VSS per liter. Dan bila mencapai 15 ml per liter harus dilakukan
pengenceran.
Yang mempengaruhi bioflock :
Salah satu yang membuat teknologi biofloc jadi mahal untuk akuakultur adalah
kebutuhan akan listrik energi yang cukup tinggi untuk mempertahankan keberadaan
floc supaya tetap melayang di kolom perairan dengan menggunakan aerasi dan atau
pengadukan. Demikian grafik kebutuhan energi listrik untuk mempertahankan
terbentuknya floc dalam luasan kolam/tambak
Yang mempengaruhi bioflock :
Salah satu yang membuat teknologi biofloc jadi mahal untuk akuakultur adalah
kebutuhan akan listrik energi yang cukup tinggi untuk mempertahankan keberadaan
floc supaya tetap melayang di kolom perairan dengan menggunakan aerasi dan atau
pengadukan. Demikian grafik kebutuhan energi listrik untuk mempertahankan
terbentuknya floc dalam luasan kolam/tambak
Atau dapat disimpulkan dalam sistem budidaya secara umum :
bet9ja: login, login, security, bet9ja login - Smfs.info
BalasHapusBet9ja Login and login 에스엠카지노 with code. Visit the website Bet9ja Login Page and log into your account. At most sites, there are only Bet9ja: Log In: Visit My Bet9ja Login 토토사이트 Page and log out.